Segala puji bagi Allah, yang menentukan segala takdir, yang menyembuhkan segala penyakit serta menyingkirkan segala mcam bentuk musibah. Shalawat dan Salam semoga terlimpahkan kepada NabiNya yang terpilih, kepada sanak keluarga beliau yang mulia serta para sahabat beliau yang terbaik.
Teruntuk mereka yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan berbagai musibah dan kesulitan.
Teruntuk mereka yang Allah kehendaki untuk menjadi lebih bersih melalui terpaan berbagai macam penyakit.
Teruntuk juga mereka yang ingin mengenal dan memahami hakikat penyait yang sedang menimpanya.
Atau, mereka yang kehilangan tenaga dan kesegaran jasmaninya, namun tetap berdzikir kepada Allah bersyukur dan mengharapkan pahala dariNya.
Camkanlah, firman Allah ‘Azza Wa Jalla, artinya : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu” (QS. Al Baqarah : 216).
Wahai Saudaraku yang sedang sakit! Semoga Allah memberikan kesembuhan dan keselamatan kepadamu. Cobalah sejenak unuk membuka kelopak matamu dalam kesempatan yang selintas ini. Perbesarlah pandangan jiwamu untuk menyelami tulisan singkat yang semoga berisi pelajaran berharga dan ungkapan yang baik ini. Semoga Allah menjadikan tulisan ini sebagai hiburan saat dibaca, sebagai obat bagi jiwa yang sedang lemah, dan sebagai jalan untuk bermunajat kepadaNya.
Berbaik Sangka Kepada Allah
Nikmat kesehatan dan ’afiat laksana mahkota raja di atas kepala, yang tidak dapat dilihat kecuali oleh mereka yang sedang terbaring lemas, merana dan merintih menderita sakit di atas ranjang-ranjang putih. Namun, ketahuilah, hal itu merupakan ketetapan Allah Yang Maha Penyayang terhadap setiap hambaNya. Yakinlah, bahwa setiap ketetapan itu tidak lepas dari hikmah dan kasihNya kepada makhlukNya, melebihi kasih seorang ibu kepada anaknya. Maka, berbaik sangkalah kepada Allah!!. Ya, demikianlah seorang mukmin mesti bersikap. Ingatlah firman Allah dalam sebuah hadits qudsi, artinya :”Aku tergantung biknya sangka hamba terhadapKu. Jika baik,maka baiklah adanya. Dan jika buruk, maka buruklah adanya”. (HR.Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban).
Cobaan adalah Tanda Kasih Allah
Siapa saja yang mencermati perjalanan hidup para nabi dan rasul ’alaihimussalam sebagai orang-orang yang paling dicintai oleh Allah, pasti akan mendapatkan bahwa cobaan adalah garis hidup mereka, kesusahan dan penyakit seolah menjadi senandung mereka.
Betapa tidak, sebab cobaan dan penyakit yang menimpa orang yang memilki hubungan yang baik dengan Allah, lalu ia mendapatkan karunia untuk bisa bersabar, niscaya semua itu menjadi tanda kebaikan dan cinta kasih dari Rabbnya.
Dan hal ini terus berlangsung dalam garis kehidupan mereka dan orang-orang beriman sebagai ujian kebenaran atas keimanan yang terpatri dalam qalbu mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya : “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “ (QS. Al Ankabut : 1-3).
Dari Anas bin Malik radhiallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yag ridha menerima cobaannya, maka ia aman menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah” .(HR. Tirmidzi).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya” .(HR. Bukhari).
Dan juga Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi, Baihaqi).
Sa’ad bin Abi Waqqas pernah ditanya oleh seseorang : ”siapakah yang paling besar cobaannya? ”, beliau menjawab : Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda : ”Orang yang paling berat cabaannya adalah para nabi, baru diikuti oleh orang di bawah kedudukan mereka secara berturut. Seorang hamba hamaba akan mendapatkan cobaan sesuai dengan kadar keimanannya. Kalau imannya kuat, maka cobaan yang menimpanya juga berat. Kalau imannya lemah, maka cabaan yang menimpanya disesuaikan dengan kadar keimanannya. Cobaan akan terus menimpa seorang hamba, sampai ia dibiarkan berjalan di muka bumi ini tanpa memilki dosa lagi.” (HR. Tirmidzi).
Demikianlah, para ulama salaf telah menyelami makna hadits-hadits tersebut sehingga mereka mendapatkan pelita terang di dalamnya. Mereka menganggap bahwa cobaan dan penyakit adalah kenikmatan, kabar gembira dan cinta kasih dari Rabbnya Yang Maha Kasih dan Lembut bagi setiap hambaNya.
Cobaan Adalah Jalan Menuju Jannah
Sekali lagi, sesungguhnya berbagai wabah dan penyakit termasuk di antara bentuk cobaan Allah terhadap para hambaNya, sebagai ujian atas kesabaran dan keimanan mereka. Bahkan bagi orang yang memiliki pemahaman dan daya merenung yang tinggi, bisa menjadi kenikmatan yang besar yang wajib disyukuri. Sebab, berbagai terpaan cobaan dan penyakit tersebut, menjadi jalan diampuninya dosa-dosa dan ditinggikannya derajat mereka di sisi Allah.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunya (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ’anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi).
Begitu pula, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Tiadalah kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu kesalahan – kesalahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alaihi wasallam, ia berkata : ”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh, pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh”. Wanita itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib? Wanita itu menjawab : Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada berkahnya sama sekali. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi” .( HR. Muslim).
Saudaraku tercinta!. Kemungkinan engkau memliki kedudukan di sisi Allah yang tidak dapat dicapai oleh amal perbuatanmu semata. Allah akan terus menurunkan cobaan kepadamu dengan hikmahNya yang mungkin engkau tidak sukai, lalu Allah memberikan kesabaran kepadamu untuk menghadapiya sehingga engkau mencapai kedudukan tersebut. Bila demikian, kenapa esti bersedih?.
Pahala yang Terus Mengalir
Di antara ke-Maha Lembut-an Allah dan rahmatNya, bahwa apabila Allah menutup satu pintu kebajikan bagi seseorang, pasti Allah akan membukakan banyak pintu kebajikan lain. Lebih dari sekesar pahala yang dituliskan bagi orang yang sakit sebagai balasan dari penyakit dan kesulitan yang dideritanya, Allah ternyata juga tidak menghalangi mereka mendapatkan pahala dari berbagai ibadah yang biasa mereka lakukan, meskipun mereka tidak sempurna melakukannya lagi karena mereka sedang sakit.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari diriwayatkan bahwa ia menceritakan : Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda :” Kalau seorang hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan sedang bermukim.” (HR. Bukhari).
Dan satu lagi, bahwa setiap keadaan yang dihadapi oelh seorang hamba beriman menjadi kebaikan buat dirinya. Rasulullah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Sungguh ajaib kondisi seorang mukmin, seluruh kondisinya pasti menjadi baik. Dan itu hanya dimilki oleh seorang mukmin saja. Apabila ia memperoleh kenikmatan akan bersyukur, maka kesenangan itu akan menjadi kebaikan buat dirinya. Apabila ia tertimpa musibah, ia akan bersabar, dan musibah itu pu akan menjadi kebaikan buat dirinya”. (HR. Muslim).
Kemuliaan apa lagi yang bisa didapatkan setelah kemuliaan yang Allah berikan ini? Keutamaan apa pula yang lebih luas dari keutamaan Allah yang mengaruniai berbagai keutamaan?.
Saat sakit, seorang hamba beristirahat, namun Allah masih menuliskan pahala dari perbuatan yang diamalkannya di masa sehat.
Akhirnya, Semoga Allah melimpahkan kesehatan kepada Anda, kami dan kepada setiap mreka yang sedang diuji oleh Allah dengan penyakit. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang mapu bersyukur dan bersabar. Dan, semoga musibah dan bala’ TIDAK ditimpakan dalam agama kita. Amin, Ya Mujiib As Saa’iliin.
Referensi : Absyir Ayyuhal Maridh, DR.Muhammad Ar Rukban, Rasaa’il Tarbawiyah, Shalih bin Ali Ab ’Arrad Asy Syahri.
Rabu, 29 April 2009
Kepada Anda yang Sedang Sakit, Berbahagialah !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar