Para pembaca yang budiman, semoga Allah merahmati kalian. Pada edisi kali ini redaksi menyajikan serial Edisi Tokoh yang berisi tentang biografi singkat dari seorang sahabat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang darinya terpancar kilauan mutiara akhlaq yang agung. Dialah Abdurrahman bin 'Auf radhiallahu 'anhu. Mari kita simak kisahnya…
Pada suatu hari, kota Madinah sedang aman dan tenteram, terlihat debu tebal yang mengepul ke udara, datang dari tempat ketinggian di pinggir kota. Orang-orang menyangkanya ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Tetapi kemudian dari balik tirai debu itu segera mereka dengar suara hiruk pikuk, yang memberi tahu tibanya suatu iringan kafilah besar yang panjang. Tidak lama kemudian, sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya memenuhi jalan-jalan kota Madinah dan menyibukkannya. Orang banyak saling memanggil dan menghimbau menyaksikan keramaian ini . Ummul Mu'minin Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya: "Apakah yang telah terjadi di kota Madinah?". Ia mendapat jawaban bahwa kafilah Abdurrahman bin 'Auf datang dari Svam membawa barang-barang dagangannya”. Ummul Mu'minin menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari melayangkan pandangnya jauh menembus, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat atau ucapan yang pernah didengarnya. Kemudian berkata: "Ingat, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: "Kulihat Abdurrahman bin'Auf masuk surga dengan perlahan-lahan!" .
Mendengar ucapan ini dan sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ditujukannya langkah-langkah ke rumah Aisyah kemudian berkata kepadanya: "Anda telah mengingatkanku suatu Hadits yang tak pernah kulupakannya. Dengan ini aku mengharap dengan sangat agar anda menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, ku persembahkan di jalan Allah 'azza wajalla..!" . Dan dibagikannyalah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya sebagai perbuatan baik yang maha besar .
MASUKNYA KE DALAM ISLAM
Ia masuk Islam sejak fajar “Islam” menyingsing. Ia telah memasukinya di saat-saat permulaan da'wah.
Dia adalah salah seorang dari delapan orang yang dahulu masuk Islam. Abu Bakar datang kepadanya menyampaikan Islam, begitu juga kepada Utsman bin 'Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Maka tak ada persoalan yang tertutup bagi mereka, dan tak ada keragu-raguan yang menjadi penghalang, bahkan mereka segera pergi bersama Abu Bakar Shiddiq menemui RasuIullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyatakan bai'at dan memikul bendera Islam.
Dan semenjak keislamannya sampai berpulang menemui rabbnya dalam umur tujuh puluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang Mu'min yang besar. Hal ini menyebabkan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
PERNIAGAANNYA
Keberuntungannya dalam perniagaan yang begitu besar sungguh membuat dirinya takjub, hingga ia berkata : "Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak...!"
Perniagaan bagi Abdurrahman bin 'Auf bukan berarti rakus dan loba. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria! Malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya .
Dan Abdurrahman bin 'Auf adalah seorang yang berwatak dinamis, kesenangannya dalam amal yang menjadikannya mulia. Apabila ia tidak sedang shalat di mesjid, dan tidak sedang berjihad dalam mempertahankan Agama tentulah ia sedang mengurus perniagaannya yang berkembang pesat, kafilah-kafilahnya membawa ke Madinah dari Mesir dan Syria barang-barang muatan yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh jazirah Arab berupa pakaian dan makanan .
Ketika Rasulullah mempersaudarakan antara Abdurrahman bin 'Auf dengan Sa'ad bin Rabi', terjadilah percakapan di antara mereka sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Anas Bin Malik : " ... dan berkatalah Sa'ad kepada Abdurrahman: "Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separoh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperisterinya...!. Abdurrahman bin 'Auf menjawab : "Semoga Allah memberkati anda, isteri dan harta anda ! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga.!. Abdurrahman pergi ke pasar, dan berjual belilah di sana dan ia pun akhirnya memperoleh keuntungan yang besar.
Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat karena ia selalu bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram bahkan yang syubhat.
KEZUHUDANNYA AKAN HARTA DAN JABATAN
Ibnu 'Auf adalah seorang yang mengendalikan hartanya,bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya .Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkannya dan tidak pula dengan menyimpannya. Bahkan ia mengumpulkannya secara santai dan dari jalan yang halal .
Kemudian ia tidak menikmati sendirian , tapi ikut menikmatinya bersama keluarga dan kaum kerabatnya serta saudara•saudaranya dan masyarakat seluruhnya. Dan karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, pernah dikatakan orang : "Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin 'Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar hutang-hutang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikannya kepada mereka".
Sudah menjadi kebiasaan pada tabi'at manusia bahwa harta kekayaan mengundang kekuasaan artinya bahwa orang-orang kaya selalu gandrung untuk memiliki pengaruh guna melindungi kekayaan mereka dan melipat gandakannya.
Ketika Umar bin Khatthab hendak berpisah dengan ruhnya yang suci dan ia memilih enam orang tokoh dari para shahabat Rasulullah saw. sebagai formatur agar mereka memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah yang baru. Jari-jari tangan sama-sama menunjuk dan mengisyaratkan Ibnu 'Auf .Bahkan sebagian shahabat telah menegaskan bahwa dialah orang yang lebih berhak dengan khalifah di antara yang enam itu, maka ujamya: "Demi Allah, daripada aku menerima jabatan tersebut, lebih balk ambil pisau dan taruh ke atas leherku, kemudian kalian tusukkan sampai tembus ke sebelah. ..!"
WAFATNYA
Pada tahun ketigapuluh dua Hijrah, tubuhnya berpisah dengan ruhnya. Ummul Mu'minin Aisyah radhiallahu ’anha ingin memberinya kemuliaan khusus yang tidak diberikannya kepada orang lain. Maka diusulkannya kepadanya sewaktu ia masih terbaring diranjang menuju kematian, agar ia bersedia dikuburkan di pekarangan rumahnya berdekatan dengan Rasulullah, Abu Bakar dan Umar.
Akan tetapi ia memang seorang Muslim yang telah dididik Islam dengan sebaik-baiknya, ia merasa malu diangkat dirinya pada kedudukan tersebut . Dahulu ia telah membuat janji dan ikrar yang kuat dengan Utsman bin Madh'un, yakni bila salah seorang di antara mereka meninggal sesudah yang lain maka hendaklah ia dikuburkan di dekat shahabatnya itu.
Selagi ruhnya bersiap-siap memulai perjalanannya yang baru, air matanya meleleh sedang lidahnya bergerak-gerak mengucapkan kata-kata:
"Sesungguhnya aku khawatir dipisahkan dari shahabat-shahabatku karena kekayaanku yang melimpah ruah "
Tetapi sakinah dari Allah segera menyelimutinya, satu senyuman tipis menghiasi wajahnya disebabkan sukacita yang memberi cahaya serta kebahagiaan yang menenteramkan jiwa. Ia memasang telinganya untuk menangkap sesuatu, seolah-olah ada suara yang lernbut merdu yang datang mendekat . Ia sedang mengenang kebenaran sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam yang pernah beliau ucapkan:"Abdurrahman bin 'Auf dalam surga!", . Ia pula ia sedang mengingat-ingat janji Allah dalam kitab-Nya: "Orang-orang yang membelanjakan hartanya dijalan Alloh kemudian mereka tidak mengiringi apa yang telah mereka nafqahkan itu dengan membangkit-bangkit pemberiannnya dan tidak pula kata-kata yang menyakitkan, niscaya mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka; mereka tidak usah merasa takut dan tidak pula berdukacita" (QS.2 : 262).
Dan akhirnya nafasnya pun terhenti. Alah telah memanggilnya untuk kembali di sisiNya. Selamat jalan wahai penghuni syurga.Wallahul Muwaffiq
Sumber : www.alsofwah.or.id
Rabu, 29 April 2009
Abdurrahman Bin ‘Auf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar